
Bagaimana pandangan Panin AM terhadap penanganan pandemic COVID-19 saat ini?
Dalam konteks pasar modal, yang akan menjadi perhatian utama dari investor adalah penanganan oleh Amerika Serikat karena masih merupakan ekonomi utama di dunia. Saat ini AS sudah menjadi Negara dengan pasien COVID-19 terbanyak di dunia.
Dari sudut pandang kami, pesatnya test dan pertambahan pasien dikarenakan AS memiliki sumber daya dan teknologi untuk melakukan uji secara massal. Hal ini menjadi pertanda yang bagus karena upaya pengendalian dalam bentuk isolasi diri dan perawatan dapat dilakukan dengan lebih baik jika datanya lengkap.
Saat ini jumlah pasien baru memang masih bertambah banyak, namun mulai terlihat tanda tanda melandai. Untuk itu, Panin AM cukup optimis bahwa puncak wabah di AS akan terjadi dalam waktu 2-4 minggu ini.
Untuk Indonesia sendiri, kami berharap dapat mengikuti tren di AS sehubungan dengan tindakan-tindakan yang sudah dan akan dilakukan pemerintah pusat dan daerah saat ini.
Mana yang lebih menjadi acuan dalam konteks investasi pasar modal? Penanganan di AS atau Indonesia?
Saat ini pergerakan harga saham di Negara Asia dan Eropa cenderung mengikuti pergerakan saham US. Untuk itu, dalam konteks pasar modal keberhasilan AS dalam menangani pandemic COVID-19 akan menjadi sentimen positif bagi pasar modal di dunia.
Apakah IHSG bisa turun lagi? mengingat minggu lalu ada rally belasan persen dalam 2 hari (26-27 Maret 2020) sehingga bisa saja efek stimulus sudah selesai?
Berdasarkan data perkembangan penanganan wabah di AS dan stimulus yang sudah diluncurkan, kemungkinan turun dalam jangka pendek memang masih ada.
Namun dalam pandangan kami, lHSG di level 4.000 merupakan level support yang sangat kuat. Karena pada level tersebut Short Seller cenderung berhati-hati, investor lokal baik institusi ataupun High Net Worth dengan dana besar sudah lebih berani untuk masuk.
Bagaimana pandangan Panin AM tentang pemulihan ekonomi dan pasar modal pasca COVID-19, apakah berbentuk V-shape atau U-shape ?
(V-Shape pemulihan secara cepat, U-shape pemulihan secara perlahan)
Ada 2 pandangan tentang hal tersebut. Untuk masing-masing Negara memang tidak sama juga tergantung struktur perekonomian, kesiapan infrastruktur, tingkat keparahan akibat dampak pandemic dan sebagainya.
Dalam pandangan Panin AM, untuk pemulihan pasca COVID-19 untuk AS berpotensi berbentuk V-Shape. Dasar pemikiran kami sebagai berikut :
Krisis ekonomi kali ini berbeda dengan krisis ekonomi pada tahun 2008 lalu. Krisis 2008 disebabkan adalah adanya spekulasi yang berlebihan pada sektor property sehingga terjadi krisis subprime mortgage. Apabila pemerintah mau melakukan bail out, masih ada pertentangan karena pertanyaan mengapa pihak yang bersalah karena melakukan spekulasi tersebut harus diselamatkan.
Untuk 2020, krisis kali ini bersifat force majeure. Tidak ada pihak yang bisa disalahkan selain virus itu sendiri. Untuk itu, proses pemberian stimulus akan lebih mudah dan merata ke masyarakat dan perusahaan yang dianggap terdampak.
Hal ini membuat ekonomi tumbuh lebih cepat sehingga potensi kenaikan pada saat virus ini berakhir bisa lebih cepat sehingga cenderung berbentuk V-Shape daripada U-Shape.
Untuk pasar modal, diharapkan juga demikian. Sebagaimana dari pengamatan beberapa hari terakhir, mulai ada riset yang menyarankan untuk membeli saham-saham dengan valuasi murah. Selain itu, pergerakan saham AS juga tidak terlalu fluktuatif meskipun pertambahan pasien baru masih banyak. Ada kemungkinan investor sudah mulai memperkirakan akhir dari pandemic semakin dekat.
Bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia dan juga Negara Asia lainnya, cenderung akan mengikuti tren di Amerika Serikat. Jadi diharapkan pemulihan pasca COVID-19 juga mendekati V-Shape
Darimana negara memiliki dana untuk menyalurkan stimulus dalam jumlah besar tersebut? Mengingat pendapatan negara tentu sudah turun karena aktivitas ekonomi juga ikut menurun?
Untuk AS, sebagaimana yang sudah dilakukan dari masa-masa sebelumnya, stimulus ini akan berasal dari hutang. Sebab AS memiliki privilege sebagai negara adidaya sehingga kekurangan anggaran negara dapat diperoleh dengan cara pemerintah AS menerbitkan surat hutang kemudian dibeli oleh Bank Sentral dengan mencetak uang.
Privilege seperti itu, tentunya belum dimiliki oleh negara lain seperti Indonesia. Untuk itu, bisa melalui realokasi anggaran atau relaksaksi aturan dimana jika sebelumnya defisit adalah maksimal 3% dari APBN, maka dengan adanya kondisi ini bisa menjadi 5-6%.
Anggaran yang lebih longgar ini juga berpotensi membuat pemerintah lebih fleksibel di masa mendatang sehingga mempercepat tingkat pertumbuhan ekonomi.
Apakah harga minyak yang sangat rendah (level 20 USD/Barrel), bisa menjadi risiko baru seperti perusahaan minyak di AS yang bangkrut sehingga harga saham ikut turun?
Sebagaimana pendapat di atas, bahwa stimulus di AS bernilai sangat besar dan ada kemungkinan juga akan masuk ke sektor energy seperti minyak juga. Sehingga risiko daripada kebangkrutan perusahaan minyak dapat dihindari.
Untuk harga, jika nantinya kondisi sudah membaik dan permintaan meningkat, maka harga minyak berpotensi kembali naik.
Apakah ada perkiraan untuk harga wajar IHSG di 2020?
Berikut ini perkiraan harga wajar IHSG oleh Panin AM berdasarkan kondisi terbaru
Skenario Terbaik : IHSG di level 6400 dengan catatan puncak kurva pasien baru di AS terjadi dalam 2 minggu (pertengahan April) baru kemudian menunjukkan tren penurunan dan stimulus di AS berjalan (saat ini sudah disetujui)
Skenario Dasar : IHSG di level 6000 dengan catatan puncak kurva pasien baru di AS terjadi dalam waktu 2-4 minggu (akhir April) baru kemudian menunjukkan tren penurunan dan stimulus di AS berjalan
Skenario Terburuk : IHSG di level 5000 dengan catatan puncak kurva pasien baru di AS masih belum tercapai setelah 1 bulan (setelah Mei) dan stimulus di AS berjalan.
Like this:
Like Loading...
Recent Comment