Home > Pendapat Tentang Makro Ekonomi, Riset Reksa Dana > Bagaimana Kinerja Perusahaan di Kuartal 1 – 2016 ?

Bagaimana Kinerja Perusahaan di Kuartal 1 – 2016 ?

Economic Growth 2016

Pada artikel Menanti Potensi “Positive Surprise” Di Tahun 2016, saya menyebutkan ada 4 potensi yang mungkin saja bisa membuat kinerja saham meningkat. Salah satu di antaranya adalah publikasi laporan keuangan perusahaan pada kuartal 1 – 2016. Asumsi yang digunakan adalah bahwa kinerja perusahaan sudah mulai memasuki masa pemulihan sehingga diharapkan penjualan dan laba bisa meningkat.

Dengan menggunakan teori bahwa harga saham mencerminkan fundamental perusahaan, jika penjualan dan laba bersih meningkat maka akan meningkatkan nilai fundamental perusahaan. Selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan harga pasar saham juga. Berapa persen peningkatan yang dianggap bagus? Sebenarnya bagi perusahaan tentu yang diharapkan adalah yang setinggi-tingginya. Namun sebenarnya yang lebih penting adalah konsistensi dalam jangka panjang.

Dalam buku Phil Town #1 Rule yang mengadopsi teori Value Investing, disebutkan bahwa salah satu kriteria bagi “Outstanding Company” adalah perusahaan dengan rata-rata pertumbuhan penjualan dan laba bersih di atas 10% per tahun selama 10 tahun. Dengan inflasi yang lebih tinggi, seharusnya di Indonesia angka yang wajar adalah mungkin sekitar 15%. Namun angka 10 – 15% bisa dijadikan sebagai referensi angka pertumbuhan yang bagus.

Pertanyaannya, apakah laporan keuangan pada kuartal 1 – 2016 juga sudah mencerminkan hal tersebut? Mari kita lihat analisa sebagai berikut

Pertama kita akan melihat terlebih dahulu 10 perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di dalam IHSG. Kapitalisasi adalah perkalian antara jumlah saham dengan harga pasar saham. Dalam bahasa yang lebih sederhana, kapitalisasi pasar adalah jumlah uang yang harus dikeluarkan untuk membeli suatu perusahaan pada harga pasarnya.

Jumlah saham relatif tetap kecuali ada aksi korporasi, sementara harga saham bisa berubah setiap hari. Oleh karena itu besaran kapitalisasi pasar bisa berubah dari hari ke hari. Perubahan tersebut juga bisa signifikan apabila terjadi kenaikan atau penurunan yang tajam pada harga saham tersebut.

Selanjutnya kapitalisasi pasar ini dibagi dengan kapitalisasi pasar secara keseluruhan untuk mendapatkan persentase kontribusinya terhadap IHSG. Semakin besar persentasenya, maka semakin besar kontribusi perubahan harga sahamt tersebut terhadap IHSG.

 

10 besar saham dengan kapitalisasi terbesar per tanggal 13 Mei 2016 yang data laporan keuangannya sudah tersedia* adalah sebagai berikut :

Top 10 Market Caps

Sumber : www.infovesta.com, diolah per 13 Mei 2016

*BMRI – Bank Mandiri seharusnya masuk dalam 10 besar namun pada saat riset ini dibuat, datanya masih belum tersedia di Infovesta.

Sebagaimana dilihat pada tabel di atas, perusahaan yang paling besar di IHSG (dan mungkin juga Indonesia) adalah perusahaan rokok dengan kode HMSP atau H.M Sampoerna Tbk. Dalam satuan kapitalisasi adalah sekitar 460 T per 13 Mei 2016. Sebagai informasi, angka ini kurang leih setara dengan gabungan antara Bank BCA dengan Bank BRI.

Perkembangan dari penjualan dan laba bersihnya adalah sebagai berikut :

Penjualan dan Laba Bersih Top 10

Sumber : www.infovesta.com, diolah

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa pertumbuhan penjualan dan laba bersih dari 10 perusahaan dengan kapitalisasi terbesar per tanggal 13 Mei 2016 adalah di kisaran 5%. Angka ini masih belum mencapai 10 – 15% dari angka yang disebutkan dalam strategi value investing.

Memang angka ini tidak merata, ada yang pertumbuhan penjualan dibawah target 10-15% namun angka laba bersihnya naik lebih tinggi seperti INDF, ada yang penjualan dan labanya sama-sama turun seperti ASII, ada yang penjualan naik tapi laba turun seperti UNVR, ada juga yang kedua-duanya naik bahkan di atas target seperti TLKM. Angka-angka di atas sedikit banyak juga berpengaruh terhadap perubahan harga saham beberapa waktu belakangan ini.

Bagaimana dengan IHSG secara keseluruhan ? Sebagaimana diketahui jumlah saham yang terdapat dalam IHSG mencapai lebih dari 500 saham. Dari jumlah tersebut, terdapat LQ-45 yang suka dijadikan sebagai referensi karena dianggap sebagai saham-saham yang paling sering ditransaksikan di bursa saham. Untuk itu, data yang ditampilkan membagi pertumbuhan penjualan dan laba bersih antara LQ-45 dan non LQ-45. Pembagian juga dilakukan dalam klasifikasi per sektor untuk memudahkan melihat perkembangan per sektor.

Perlu diperhatikan juga bahwa belum semua emiten mempublikasikan laporan keuangan Kuartal 1-2016 dan ada juga sebagian saham yang pada tahun ini sudah IPO tapi pada kuartal pertama tahun sebelumnya tidak. Untuk yang belum IPO selanjutnya tidak diperhitungkan. Data yang berhasil dikumpulkan per 13 Mei 2016 adalah sebagai berikut :

Update Lap Keuangan Q1-2016

Lap Keuangan Q1-2016 Net Income

Sumber : www.infovesta.com, diolah

Hal yang dapat disimpulkan pada penelitian di atas adalah sebagai berikut :

  • Ternyata secara nasional yang diwakili oleh 418 emiten yang terdapat di Bursa Efek Indonesia, tingkat pertumbuhan penjualan adalah 3.22%. Meski positif, bisa dikatakan stagnan karena angkanya tidak terlalu signifikan. Antara LQ-45 dan Non LQ-45 juga tidak berbeda jauh.
  • Untuk laba bersih, terdapat perbedaan yang signifikan antara saham yang tergabung dalam LQ-45 dengan yang non LQ-45. Tingkat laba bersih saham LQ-45 hanya tumbuh 1.39%, sementara yang non LQ-45 naik 72% yang menyebabkan rata-rata (tertimbang) menjadi 14.67%. Angka ini memang positif, tapi tidak terjadi di saham LQ-45. Hal inilah yang mungkin juga menjadi penyebab pergerakan saham agak melempem paska diumumkannya laporan keuangan karena investor lebih berfokus pada saham yang likuid.
  • Kenaikan yang besar di sektor Pertanian, Infrastruktur dan Aneka Industri pada Non LQ-45 disebabkan karena perusahaan mampu membalikkan keadaan dari kondisi rugi menjadi untung di 2016.

Dengan menggunakan fakta-fakta di atas terutama pertumbuhan laba bersih untuk LQ-45, saya menyimpulkan bahwa faktor positive surprise dari laporan keuangan di kuartal 1-2016 kelihatannya tidak terjadi. Memang secara nasional bagus, namun untuk saham likuid secara spesifik ternyata tidak. Kelihatannya positive surprise ini baru akan terjadi pada kuartal II 2016 dimana publikasi laporan keuangannya adalah pada bulan Juli – Agustus 2016.

Berita baiknya adalah meski tidak sesuai harapan, tapi paling tidak sudah berhenti bertambah buruk dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan demikian tekanan untuk harga saham turun dari laporan keuangan ini mungkin akan agak berkurang. Memang pendapat tersebut sangat bersifat umum, untuk saham-saham secara spesifik yang kinerja keuangannya kurang bagus tentu akan mengalami tekanan jual atau perubahan perhitungan harga wajar.

Semoga saja pada bulan Mei 2016 ini kita masih berpeluang melihat 2 positive surprise lainnya yaitu disahkannya RUU Tax Amnesty dan Rating Upgrade dari S&P. Kalaupun tidak di bulan Mei, paling tidak jangan sampai lewat bulan Juni juga.

Demikian artikel ini, semoga bermanfaat.

Penyebutan produk investasi  (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Semua data dan hasil pengolahan data diambil dari sumber yang dianggap terpercaya dan diolah dengan usaha terbaik. Meski demikian, penulis tidak menjamin kebenaran sumber data. Data dan hasil pengolahan data dapat berubah sewaktu-waktu tanpa adanya pemberitahuan. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.

Facebook : https://www.facebook.com/rudiyanto.blog

Twitter : https://twitter.com/Rudiyanto_zh

New Blog : www.ReksaDanaUntukPemula.comwww.ReDaNesia.wordpress.com

Sekolah Investor Reksa Dana : www.InvestoReady-aprdi.org

Sumber Data dan Gambar : Istockphoto dan Infovesta

 

  1. Budi
    May 16th, 2016 at 13:13 | #1

    salam pak Rudi,

    Dengan kondisi laporan keuangan Q1 tersebut apakah menurut pak Rudi secara valuasi fundamental IHSG sudah terlalu tinggi pada level 4700an sekarang?

    Lalu terkait data PDB dan data2 lain yang baru dirilis BPS, apakah tren ekonomi sekarang masih dalam perlambatan, Pak? Apakah target pertumbuhan ekonomi pemerintah 5,3% bisa dipastikan terlalu tinggi?

    Lalu dalam suatu acara diskusi di MetroTV (Economic chalenges) para narasumber berpendapat bahwa sebenarnya kenaikan PDB Q1 bisa lebih baik dari Q4tahun lalu namun karena ada faktor yg tak terduga yaitu kalangan menengah ke atas menahan belanja karena takut pada pemeriksaan pajak, maka konsumsi pada Feb-Mar turun drastis. Apa pendapat pak Rudi tentang hal ini?

    Terima kasih sebelumnya, pak.

  2. Rudiyanto
    May 17th, 2016 at 11:38 | #2

    @Budi
    Selamat Siang Pak Budi,

    Kalau dilihat dari pertumbuhan laba bersih nasional yang mencapai 15%, sebenarnya angka ini cukup bagus. Namun sayangnya mover utama IHSG yang di LQ-45 hanya tumbuh sekitar 1% lebih. Jadi secara logika harusnya valuasi IHSG tidak sampai turun.

    Untuk pertumbuhan ekonomi, kalau dibandingkan dengan Q-4 2015 kita mengalami perlambatan dan jika dibandingkan dengan Q-1 2015 kita mengalami percepatan. Menurut saya, untuk kondisi 2016, mungkin harus menunggu hingga Q2 atau Q3 untuk bisa mendapatkan gambaran apakah akan mengalami percepatan atau perlambatan.

    Target pemerintah menurut saya sudah cukup wajar, tapi tantangan perlambatan ekonomi dari luar dan daya beli yang stagnan kelihatannya masih terus membuat pertumbuhan sulit naik tinggi. Pemerintah sudah menyadari hal tersebut dan sebagai tindakan nyata sudah bisa kita lihat bahwa nilai PTKP (Pendapatan Tidak Kena Pajak) dinaikkan menjadi Rp 5 juta. Kenaikan PTKP berarti akan membuat Take Home Pay bertambah besar dan diharapkan bisa menstimulus kegiatan konsumsi. Tapi kebijakan seperti ini tentu membutuhkan waktu agar bisa terwujud.

    Terkait pemeriksaan pajak memang membuat sebagian masyarakat khawatir. Tapi yang lebih ditahan mungkin adalah kegiatan investasi. Jadinya instrumen seperti properti, saham dan reksa dana agak berkurang peminatnya. Namun untuk konsumsi tentu juga berdampak, tapi bukan karena pemeriksaan pajak tapi memang karena situasi kurang baik, menurut saya orang mulai lebih bijaksana dalam pengeluaran.

    Semoga bermanfaat

  3. Budi
    May 20th, 2016 at 06:55 | #3

    Terima kasih tanggapannya, Pak Rudi,

    Dengan rilis laporan keuangan yang ada, jika dilihat dari PE ratio LQ45 maupun IHSG, apakah saat ini bisa dikatakan murah atau kemahalan dibanding historis PE ratio nya, Pak?
    Lalu baru saja BI telah merevisi target pertumbuhan ekonomi dari semula 5,2-5,5% ke 5,0-5,3%, yang jika nantinya tercapai 5,1% artinya percepatan ekonomi sangat minim. Dari data saat ini apakah perlambatan ekonomi global yang juga menyeret ekonomi Indonesia telah menyentuh dasarnya dan apakah telah ada tanda2 pembalikan, ataukah situasi ini (belum adanya percepatan) bisa berlangsung cukup lama, pak?

    Terima kasih sebelumnya.

  4. Rudiyanto
    May 21st, 2016 at 16:20 | #4

    @Budi
    Selamat Sore Pak Budi,

    Mengenai PE Ratio, itu selalu berubah dari waktu ke waktu tergantung pada perubahan harga dan laba bersihnya. Semakin tinggi kenaikan laba bersih, maka semakin murah pula LQ-45 dengan catatanya harga tidak berubah atau bahkan turun. Namun jika terjadi kenaikan harga, maka LQ-45 akan menjadi mahal.

    Berdasarkan data di Infovesta, PE Ratio dari LQ-45 per tanggal 20 Mei 2016 adalah sekitar 20.3 kali angka ini termasuk tinggi. Ironisnya IHSG sekarang 10% lebih rendah dibandingkan posisi yang sama pada tahun yang lalu.

    Definisi percepatan ekonomi adalah pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Mau besar atau kecil tidak masalah. Mengenai kondisi Indonesia, menurut saya sekarang kita sedang berada dalam masa pemulihan. Namun memang tidak secepat dan sebaik dugaan kebanyakan orang sehingga IHSG tidak terlalu bertenaga.

    Mudah-mudahan di semester II nanti, akan ada sentimen positif.

    Semoga bermanfaat

  5. Budi
    May 21st, 2016 at 19:16 | #5

    Terima kasih atas penjelasannya, Pak Rudi

  6. dji min
    June 3rd, 2016 at 11:31 | #6

    Saya Dji Min, saat ini sedang menyusun Tesis berkaitan dengan reksadana.
    Terdapat beberapa kekurangan data, termasuk reksadana yang di kelola oleh Panin Aset Management.

    Mohon bantuan dari Pak Rudi untuk bisa tolong kirimkan Laporan Keuangan atau Apakah ada prosedur yang harus saya tempuh?

    Saat ini saya juga terdaftar sebagai nasabah dari Reksadana Panin Aset management.

    Data Lapkeu yang saya masih kurang adalah :
    Panin Dana Maksima 2011-2013
    Panin Dana Prima 2011-2012

    Salam
    Dji Min

  7. Rudiyanto
    June 5th, 2016 at 00:43 | #7

    @dji min
    Selamat Malam Pak Dji Min,

    Sebelumnya terima kasih telah menjadi nasabah Panin Asset Management.

    Data laporan keuangan reksa dana biasanya diterbitkan bersamaan dengan prospektus pembaharuan. Kalau di Panin AM terdapat di dalam website tapi hanya bisa diakses oleh nasabah. Untuk data yang lama memang tidak disimpan sehingga jika diakses yang tersedia adalah laporan keuangan yang terbaru.

    Untuk data yang lama anda bisa coba menghubungi agen penjual tempat anda terdaftar. Apabila mereka menyimpannya, anda bisa coba meminta kepada mereka.

    Boleh tahu apa judul tesis anda? Sebab sepengetahuan saya informasi mengenai reksa dana sudah bisa dilihat dari NAB/Upnya tanpa perlu melihat laporan keuangan.

    Terima kasih.

  8. Dji Min
    June 6th, 2016 at 20:46 | #8

    @Rudiyanto
    Selamat Malam
    Terima kasih Pak Rudiyanto,

    Sebenarnya saya sudah mencoba menghubungi satu per satu Manajer Investasi untuk minta data tersebut. namun beberapa tidak merespon sama sekali. ada yang baik langsung kasih. untuk Panin AM saya sudah telp ke pusatnya juga, mereka menjawab hanya yang tersedia di Web saja yang bisa diakses :(

    Judul Tesis saya adalah Evaluasi Kinerja Reksa Dana Saham Indonesia, dengan variable Fund Size, Fund Age, Expense Ratio, Turnover Ratio dan Risk. mulai tahun 2011-2015.

    Mohon masukkannya.

    terima kasih

  9. Rudiyanto
    June 13th, 2016 at 01:21 | #9

    @Dji Min
    Selamat malam Pak Dji Min,

    Kewajiban Manajer Investasi memang memasukkan laporan keuangan tersebut pada prospektus pembaharuan, ada juga yang membuat secara terpisah tetapi dipublikasi bersamaan dengan prospektus pembaharuan.

    Mengenai data lama, ada yang menyimpannya, ada juga yang tidak. Dan memang tidak ada kewajiban untuk menyediakan data sejak pertama kali.

    Judul anda memang cukup ambisius karena membutuhkan data laporan keuangan yang relatif lebih sulit diperoleh secara lengkap. Saran saya anda bisa membatasi tahun periode evaluasi anda, membatasi jumlah reksa dana yang diteliti sesuai ketersediaan data atau paling parah mengganti variabel penelitian anda.

    Pengalaman saya waktu bekerja di Infovesta, mengumpulkan data juga bukan perkara yang gampang. Pada saat ada “momentum” seperti pemeringkatan reksa dana terbaik, baru permintaan data kepada para manajer investasi “agak” dilayani. Pada saat saya bekerja disini, saya bisa mengerti hal tersebut karena manajer investasi bukan perusahaan penyedia layanan data sehingga tidak ada kewajiban untuk menyediakan data setiap kali ada permintaan. Sebab jika tidak, permintaannya bisa luar biasa banyak sekali.

    Dan karena alasan itu juga, website yang memiliki data reksa dana seperti Infovesta dan Bloomberg menerapkan biaya berlangganan yang tidak sedikit. Sekali lagi karena effort untuk mengumpulkan data itu tidak mudah.

    Semoga dapat dimaklumi.

    Terima kasih

  10. August 9th, 2016 at 11:24 | #10

    Terima kasih atas info tentang : Bagaimana Kinerja Perusahaan di Kuartal 1 – 2016 ?.
    semoga selalu up to date dan sukses terus.

  11. Rudiyanto
    August 12th, 2016 at 00:13 | #11

    @Indonesia Banking School
    Untuk kinerja kuartal I dan II 2016 terus terang masih tidak bagus. Mudah-mudahan kondisi bisa lebih baik di kuartal III dan IV tahun ini.

    Semoga bermanfaat

  12. Chev
    September 27th, 2016 at 17:27 | #12

    Salam, Pak Rudiyanto.
    Mohon pencerahan tentang cara membaca data FFS :
    1. RDS-A : insepsi sejak 25-Sep-2000, Return SI = 2990,16%
    2. RDS-B : insepsi sejak 11-Feb-2013, Return SI = 54,10%
    3. RDS-C : insepsi sejak 15-Mar-2007, Return SI = 11.90% (return disetahunkan)
    Pertanyaan:
    1. Cara membacanya gimana?
    2. Bagaimana cara mencari return rata-rata per tahun?
    3. Apa maksud dari “return disetahunkan” yang dicantumkan di RDS-C ?

    Dalam beberapa artikel yang saya baca, masih diperdebatkan tentang “Kinerja vs Return”. Dalam memilih RDS yang “baik”, apakah melihat “Kinerja” atau “Return”. Percuma kinerja bagus tapi return kecil. Begitu percakapan yang saya baca.
    Saya masih awam dalam membedakan arti dan maksud kedua kata sakti dalam dunia investasi tersebut. Bayangan saya adalah, return adalah BUAH/HASIL dari kinerja. Karena kinerjanya bagus, maka hasilnya adalah berupa return yang besar (%). Jadi, jika RDS itu kinerjanya bagus, maka return-nya besar (%). Tidak mungkin RDS yang kinerja bagus, tapi return-nya kecil (%).
    NAV/Unit dipengaruhi oleh hasil investasi yang dilakukan MI. Jika kinerja bagus, maka akan menghasilkan return besar (%), dan NAV/Unit akan meningkat lebih tinggi.
    Besar kecil return yang ada dalam pemahaman saya adalah berupa persentase (%). Jika di-rupiah-kan mungkin bisa saja kecil, tapi jika di-porsentase besar.
    Pertanyaan:
    1. Yang dimaksud “kinerja” itu apa?
    2. Yang dimaksud “return” itu apa?
    3. Bagaimana membedakan kedua istilah tersebut?
    4. Faktor apa saja yang mempengaruhi masing-masing istilah tersebut?
    5. Adakah hubungan sebab akibat dari kedua istilah itu?
    6. Grafik NAV/Unit yang sering tampil di FFS itu, apakah termasuk kedalam kinerja?
    7. Apakah RDS yang NAV/Unit-nya tinggi, berarti bahwa RDS tsb punya kinerja yang bagus?
    8. Apakah RDS yang NAV/Unit-nya tinggi, berarti bahwa RDS tsb menghasilkan return yang besar (%)?
    9. Apakah ada RDS yang NAV/Unit-nya tinggi, tapi kinerjanya jelek dan return-nya kecil?
    10. Apakah ada RDS yang menghasilkan return yang besar, tetapi kinerjanya jelek?
    Saya sudah baca kedua buku yang ditulis Pak Rudi, tapi masih belum paham tentang kedua istilah diatas. Saya juga bookmark/save artikel-artikel di Kompasiana yang ditulis Pak Rudi.
    Saya pernah beli RDS yang di Infovesta Bintang 3, tapi kurang bagus. Saya lihat di Morningstar ternyata RDS tersebut hanya punya rating Bintang Satu. Akhirnya sekarang dalam memilih RD, saya selalu melihat rating yang ada di Morningstar. Saya usahakan yang mempunyai Bintang 5 dan Bintang 4 yang saya pertimbangkan. Walaupun rating Morningstar berbeda dengan rating versi Infovesta, tapi saya lebih mengacu ke rating Morningstar. Selanjutnya saya lihat FFS untuk melihat grafik “kinerja”, apakah unggul jauh (menang telak) terhadap grafik tolok ukur atau tidak.

    Terima Kasih

  13. Rudiyanto
    September 27th, 2016 at 22:15 | #13

    @Chev
    Salam Pak Chev,

    Untuk return sudah pernah saya bahas dalam http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2013/01/01/mengenal-lebih-dalam-return-dan-risiko-investasi-2/
    Kalau tidak salah sudah ada juga di buku pertama saya.
    Di situ ada penjelasan total return dan annualized return. Kalau Since Inception itu masuk dalam kategori total return. Silakan membaca artikel terdahulu.

    Kalau soal kinerja vs return, saya tidak tahu darimana artikel tersebut dan siapa yang menulisnya. Tapi menurut saya :
    1. Kinerja itu ya menggambarkan hasil pengelolaan manajer investasi.

    2. Return ya tingkat keuntungan yang dihasilkan dari reksa dana, dan perlu ingat reksa dana itu kebanyakan tidak bagi dividen, jadi keuntungannya adalah dari kenaikan harga

    3. Saya tidak tahu bagaimana membedakannya karena menurut saya sama saja. Yang bisa ya dibandingkan. Misalkan reksa dana A return 10%, reksa dana B return 12%, ya bisa disebut kinerja reksa dana B lebih bagus dari reksa dana A. Bisa juga disebut return reksa dana B lebih bagus, sama saja.

    4 dan 5. Tanya sama orang yang menulis bahwa itu harus dibedakan

    6. Sama saja, mau disebut return boleh, disebut kinerja juga gpp. Saya tidak mengerti point mengapa harus dibedakan dan mengapa hal ini penting.

    7. Nilai NAB/Unit hanya bisa tinggi kalau returnnya juga bagus. Misalkan reksa dana start harga awal Rp 1000. Tahun pertama return 10%, jadi Rp 1100. Tahun kedua return 20%, ya jadi Rp 1320. Dst.. Jadi kalau tiap tahun returnnya positif ya harganya akan naik terus sampai tidak terbatas. Soal bagus atau tidak itu relatif, bisa saja dalam tahun yang sama, reksa dana yang harganya Rp 10.000 naik 20% sementara reksa dana yang harganya Rp 1000 naik 30%. Yang bagus ya yang naik 30% itu.

    8. Sama dengan no 7

    9. Mesti dibandingkan return pada tahun yang sama dengan reksa dana yang nilainya rendah.

    10. Itu entah saran ahli darimana yang bilang kinerja dan return itu berbeda dan harus dipisahkan. Jadi bisa ditanyakan sama yang bersangkutan.

    Kalau mau lihat study case antara kinerja reksa dana dari tahun ke tahun antara yang NAB/Up sudah 70.000, 3000 dan 1000 bisa lihat ke http://www.panin-am.co.id/FundsAndPerformance.aspx dan pilih tab return tahunan. Anda bisa lihat sendiri bahwa tidak ada pengaruhnya antara tinggi rendahnya harga dengan return reksa dana.

    Kalau soal rating infovesta dan morningstar, yang harus dilakukan adalah mengerti bagaimana cara mereka memberikan rating. Apakah yang dilihat hanya kinerja saja atau ada faktor lain seperti risiko, dana kelolaan dan sebagainya. Dan kalau kamu jeli membaca riset yang ada di keduanya, bahkan perusahaan yang bersangkutan juga tidak menggaransi bahwa kalau kamu pilih bintang 4 dan 5 itu pasti akan lebih bagus atau tidak.

    Terkait memilih reksa dana berdasarkan rating, sudah pernah saya bahas di http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/060700226/Mengenal.Pemeringkatan.dan.Rating.Reksa.Dana Yang lebih penting adalah konsistensi.

    Semoga bermanfaat

  14. Chev
    September 28th, 2016 at 16:36 | #14

    Salam Pak Rudi, terima kasih atas tanggapannya.

    Saya sudah baca yg ini:
    http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2013/01/01/mengenal-lebih-dalam-return-dan-risiko-investasi-2/

    Di FFS yg ada biasa YTD, 1 thn, 3 thn, 5 thn, SI. Berarti ini TOTAL RETURN.
    Kalau mau menghitung Rata-Rata Return (Geometrik) = gak bisa ya, krn kita harus tahu berapa return masing2 pada tahun ybs.

    Contoh yg saya sebutkan diatas:
    1. RDS-A : insepsi sejak 25-Sep-2000, Return SI = 2990,16%
    2. RDS-B : insepsi sejak 11-Feb-2013, Return SI = 54,10%

    Kalau saya lebih enak lihat data yang “di-setahun-kan” karena saya pengennya tahu kira-kira rata-rata return per tahun berapa. Info spt RDS-C ini yang saya cari. Tapi kebanyakan FFS memuat return YTD, 1,3,5 thn dan SI dalam Total Return. Kalau lihat dalam bentuk Total Return, pikiran saya terkesan “bombastis” walaupun mmg benar sebesar itu.

    3. RDS-C : insepsi sejak 15-Mar-2007, Return SI = 11.90% (return disetahunkan)

    Dan RDS-C ini skrg return-nya juga berada dikisaran itu (bergerak di 9-10-11 %), dengan sisa bbrp bulan lagi mungkin akan mendekati kisaran Annualized Return 11,90% spt yg tercantum di FFS.

    Tks

  15. Rudiyanto
    October 3rd, 2016 at 18:06 | #15

    @Chev
    Salam Pak Chev,

    Kalau menurut saya return disetahunkan itu tidak menjual. Sebab selain terlihat lebih rendah, orang Indonesia masih belum biasa dengan konsep compounding. Sebab return 10% disetahunkan untuk periode 5 tahun tidak sama dengan total return 50% dalam 5 tahun.

    Saya berani bertaruh kamu tanya ke orang awam, mereka akan berpikir return disetahunkan 10% selama 5 tahun akan sama dengan total return 50%. Padahal harusnya 61%. Saya berpendapat total return lebih bagus dan mudah dipahami oleh masyarakat.

    Semoga bermanfaat

  16. February 8th, 2017 at 10:42 | #16

    Terima kasih infonya min, Melihat Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa pertumbuhan penjualan dan laba bersih dari 10 perusahaan dengan kapitalisasi terbesar per tanggal 13 Mei 2016 adalah di kisaran 5%. Angka ini masih belum mencapai 10 – 15% dari angka yang disebutkan dalam strategi value investing, Pertanyaan saya apakah di tahun 2017 bisa naik sampai dengan 15%?

  17. Rudiyanto
    February 9th, 2017 at 23:52 | #17

    @cara negosiasi bisnis
    LQ-45 bukan saham dengan kapitalisasi terbesar, tapi saham dengan transaksi paling likuid. Apakah bisa naik 10-15% pada tahun ini, menurut konsensus analis bisa, tapi tetap tantangannya cukup banyak. Mari berharap supaya bisa.

    Terima kasih


%d bloggers like this: